Namo Buddhaya,
Sotthi Hotu 🙏🏻
"Yassa dānena sīlena, Saññamena damena ca
Nidhi sunihito hoti, Itthiyā purisassa vā".
"Harta karun berupa kebajikan dengan berdana, bertata susila, dan dengan pencegahan dan penahanan (diri dari keburukan) adalah pemendaman harta karun yang baik bagi wanita / pria"
(Nidhikaṇḍa Sutta, Khuddakanikāya, Khuddakapāṭha).
Kami selaku panitia Saṅghadāna Vihara Grha Buddha Manggala akan mengadakan Saṅghadāna dimasa Kaṭhina 2568 TB/2024, acara akan dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Minggu, 20 Oktober 2024
Pukul : 17.00 WIB
Besar harapan kami semoga ibu/bapak, saudara/saudari se-Dhamma dapat mengikuti acara ini.
Demikian informasi dari kami, terima kasih atas perhatian dan partisipasinya.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Mettācittena,
Kārakasabhā VGBM Kota Batam
Namo Buddhaya.
Sotthi Hotu.
Mari bersama mengikuti Puja Bakti bersama Vihāra Grha Buddha Manggala Batam. Kegiatan akan dilaksanakan pada:
> Minggu, 08 September 2024
> Pukul 17.00 WIB
> Narasumber: Bhikkhu Guttadhammo Mahathera
Demikian informasi ini disampaikan, atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Metta Cittena
(Kārakasabhā VGBM Kota Batam)
Vihara Grha Buddha Manggala melakukan bakti sosial di Yayasan Muhammad Al-Fateh yang bertempat di kelurahan Sambau, Kec. Nongsa Kota Batam, Kepulauan Riau (Sabtu, 31 Agustus 2024). Yayasan Mohamad Al-fateh merupakan sebuah lembaga yang Mempunyai 4 Bidang Penaungan. Salah satunya, Pusat Rehabilitasi Sosial ODGJ.
Menurut tradisi Buddha, tokoh historis Buddha Siddharta Gautama dilahirkan dari suku Sakya pada awal masa Magadha (546–324 SM), di sebuah kota, selatan pegunungan Himalaya yang bernama Lumbini. Sekarang kota ini terletak di Nepal sebelah selatan. Ia juga dikenal dengan nama Sakyamuni (harafiah: orang bijak dari kaum Sakya").
Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja Kapilavastu (kemudian hari digabungkan pada kerajaan Magadha), Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang pertapa. Kemudian ia berpendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencari jalan tengah (majhima patipada). Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromis antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.
Di bawah sebuah pohon bodhi, ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan Kebenaran. Pada usia 35 tahun, ia mencapai Pencerahan. Pada saat itu ia dikenal sebagai Gautama Buddha, atau hanya "Buddha" saja, sebuah kata dalam Sanskerta yang berarti "ia yang sadar" (dari kata budh+ta).
Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India (daerah mengalirnya sungai Gangga dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda.
Keengganan Buddha untuk mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama-tama aliran-aliran mazhab Buddha Nikaya, yang sekarang hanya masih tersisa Theravada, dan kemudian terbentuknya mazhab Mahayana, sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru.